BERITASATPAM | Jakarta — Perusahaan keamanan siber asal Amerika Serikat, Cloudflare mulai mengungkapkan serangan DDoS terbesar sepanjang sejarah yang belum lama ini terjadi.
Dilaporkan Bleepingcomputer, Minggu (17/7/2022), Cloudflare menemukan bahwa serangan berasal dari botnet atau sekumpulan program berisi malware bernama Mantis.
Mantis yang sukses melakukan serangan DDOS pada 26 juta permintaan per detik yang berasal dari 5.067 perangkat ini digambarkan sebagai botnet paling kuat saat ini.
Cloudflare menjelaskan bahwa Mantis bukanlah botnet biasa. Meskipun botnet ini kecil, namun dampak yang bisa dihasilkan sangatlah luar biasa, layaknya Mantis atau belalang sembah.
Seperti diketahui, belalang sembah sendiri memiliki ukuran hanya sekitar empat inci. Namun belalang sembah dapat memberikan pukulan atau cakar yang sangat dahsyat.
Botnet biasa perlu berkompromi dengan sejumlah besar perangkat yang terhubung untuk mengumpulkan daya tembak yang cukup dalam memberikan serangan yang mengganggu terhadap target yang dilindungi. Sementara Mantis berfokus pada server dan mesin virtual, yang datang dengan sumber daya yang jauh lebih banyak.
Menghasilkan banyak permintaan HTTPS adalah proses yang menuntut sumber daya, jadi semakin kuat perangkat yang membentuk gerombolan botnet, semakin kuat serangan DDoS yang dapat mereka luncurkan.
Mantis menargetkan entitas di sektor TI dan telekomunikasi 36 persen, berita, media, dan publikasi 15 persen, keuangan 10 persen, dan game 12 persen. Selama 30 hari terakhir, Mantis meluncurkan 3.000 serangan DDoS terhadap hampir seribu pelanggan Cloudflare.
Sebagian besar target adalah organisasi di Amerika Serikat 20 persen dan Federasi Rusia 15 persen, sementara korban di Turki, Prancis, Polandia, Ukraina, Inggris, Jerman, Belanda, dan Kanada mencapai persentase antara 2,5 persen dan 5 persen.
Cloudflare sendiri telah mengeluarkan serangkaian tindakan pencegahan dan panduan terbaik tentang cara merespons serangan DDoS.[lian]