BERITASATPAM | Bandung-Pihak keamanan di Pusat Perbelanjaan Festival Citylink mengendus adanya modus penipuan yang mengambil lokasi di salah satu tenant di pusat perbelanjaan tersebut, Sabtu (6/3/2021).
Kecurigaan dari pihak keamanan berawal dari seorang calon korban yang menanyakan lokasi untuk wawancara kerja yang informasinya diperoleh dari OLX.
“Kami juga menerima adanya laporan kerumunan di (menyebutkan nama salah satu tenant di Citylink) dan kami pun memantau gerak-gerik dari orang yang kami duga sebagai pelaku,” ujar Agus (38), penanggung jawab petugas keamanan seperti dilansir AyoBandung.com, Selasa, (9/3/2021).
Saat dipantau, pelaku menyadari bahwa dirinya tengah diawasi oleh para “satpam tidak berseragam” yang memang disiapkan oleh petugas keamanan di Festival Citylink sebagai intel yang bertugas mengawasi setiap gerak-gerik mencurigakan di pusat perbelanjaan tersebut.
Pelaku pun mengatakan kepada para calon korban untuk berhati-hati kepada segerombolan orang yang sedang memantaunya dan menuduh mereka sebagai kriminal. Padahal segerombolan orang itu adalah satpam-satpam yang sedang memantau tindak-tanduk yang jadi modus penipuannya. Setelah itu, pelaku pun tiba-tiba menginstruksikan kepada seluruh calon korbannya untuk membubarkan diri.
“Karena sadar dirinya tengah dipantau, pelaku menyuruh semua yang hadir untuk bubar,” jelas Agus.
Setelah kerumunan dibubarkan, tim keamanan pun mengikuti pelaku dan berhasil mengamankannya di salah satu sudut pusat perbelanjaan.
“Saat diamankan, pelaku sempat mengaku dirinya memiliki dua tenant di Citylink. Saat ditanyai nama tenant-nya, pelaku malah mengelak dan bilang, untuk apa ikut campur urusan orang?” ujar Agus.
Setelah didesak, akhirnya pelaku pun mengaku bahwa dirinya bermaksud untuk merampas telepon-telepon genggam milik para calon korban yang tergiur dengan iming-iming lowongan kerja.
Saat diperiksa, pelaku tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk. Namun, saat diinterogasi, diketahui bahwa dia berasal dari Jakarta. Pihak keamanan juga sempat menghubungi nomor telepon orang tua pelaku yang tercantum di gawainya. Namun, orang yang diduga sebagai orang tua pelaku pun mengatakan bahwa dia sudah tidak lagi menganggap pelaku sebagai anaknya sendiri.
Berhubung barang berharga para calon korban tidak sempat dirampas, pihak-pihak yang terkait pun tidak meneruskan perkara itu ke pihak yang berwajib.
“Kalau ada yang menuntut, kami akan membuatkan surat pengantar untuk pihak kepolisian. Tapi, karena tidak ada tuntutan, maka kami selesaikan dengan jalan kekeluargaan,” tandas Agus. [fr]