Latar Belakang
Saya senang menjadi anggota grup Whatsapp dari berbagai komunitas security di Indonesia. Lewat grup tersebut, saya bisa mendapatkan informasi mengenai apa yang sedang menjadi perhatian insan security di Indonesia. Akhir2 ini memang ramai pembicaraan mengenai seragam baru satpam di Indonesia. Ada beberapa yang kuatir karena satpam bisa menjadi target teroris karena sekarang menggunakan seragam yang miri dengan polisi. Namun mayoritas pihak senang dengan perubahan yang dilakukan oleh Polri. Ada satu hal yang hampir selalu menyambung pembicaraan tentang seragam ini, yaitu mengenai masalah kesejahteraan satpam. Saya mengerti bahwa kesejahteraan satpam juga menjadi perhatian dari Polri dan usaha merubah seragam ini saya yakini juga bagian dari strategi mencapai kesejahteraan yang lebih baik. Namun seperti yang pernah disampaikan oleh mantan Kapolri Pak Tito Karnavian, ada dua hal yang harusnya selalu diperjuangkan yaitu masalah kompetensi dan kesejahteraan. Saya sangat setuju dengan pendapat ini, dan kali ini saya akan fokus kepada peningkatan kompetensi satpam yang saya percaya akan meningkatkan penghargaan kepada profesi yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan. Dalam dunia professional, tidak mudah meminta kenaikan kesejahteraan tanpa menunjukkan tingkat kompetensi yang memadai.
Kompetensi Insan Security Indonesia
Apakah benar pendapat yang mengatakan bahwa kompetensi insan security di Indonesia memang masih rendah? Secara pribadi, saya setuju. Beberapa tahun yang lalu masih banyak manajer security yang tidak tahu mengenai risk assessment, sekarang sudah banyak yang tahu mengenai risk assessment, tapi tidak tahu bagaimana melalukannya dengan benar. Masih banyak yang masih belum paham mengenai apa beda antara threat (ancaman) dengan vulnerability (kerawanan), lalu bagaimana yang bersangkutan bisa diharapkan untuk melakukan risk assessment dengan baik, padahal yang bersangkutan ada yang sudah mengikuti kelas Gada Utama bahkan sudah menyandang sertifikasi yang (katanya) berkelas internasional. Mengenai sertifikasi internasional ini, silakan membaca artikel saya sebelumnya “Apakah Perlu Mengambil Sertifikasi di Bidang Security”.
Permasalahan dalam Program Gada Utama
Secara umum saya setuju dengan campuran jenis pendidikan di kelas Gada Utama, Gada Madya, dan Gada Pratama. Untuk tingkat Gada Pratama, porsi ketahanan/ketrampilan fisik lebih besar, sedangkan di tingkat Gada Utama, porsi pengetahuannya sangat dominan. Untuk membatasi pembahasan, saya akan fokus kepada tingkat Gada Utama. Saya melihat ada beberapa permasalahan pada pendidikan Gada Utama. Kenapa saya lebih fokus kepada Gada Utama? Pertama, Gada Utama adalah pendidikan untuk tingkat tertinggi, dimana level pesertanya adalah para direktur/VP/GM/manajer satpam/security, sehingga perubahan yang dilakukan di tingkat ini efeknya akan sangat besar kepada dunia security di Indonesia. Kedua, jumlah pesertanya lebih sedikit dibandingkan Gada Madya dan Gada Pratama sehingga relative lebih mudah untuk dikendalikan. Ketiga, tingkat pendidikan dari peserta juga relatif lebih tinggi, sehinggga lebih mudah untuk menerima materi yang baru.
Dalam pembahasan mengenai hal ini saya akan melihat kepada 4 (empat) hal, yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan kompetensi.
- Kurikulum
Kurikulum program Gada Utama (SKKNI) sebenarnya sudah cukup baik, dan sudah mengalami perbaikan yang cukup berarti dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya. Ada beberapa pengetahuan yang penting diketahui terkait dengan industrial security memang belum dicantumkan, namun saya pribadi menganggap perbaikannya sudah menuju ke arah yang tepat.
- Kompetensi pengajar
Mayoritas pengajar dari program Gada Utama datang dari Polri yang memiliki kemampuan yang tidak perlu diragukan dalam hal ilmu kepolisian. Namun dunia pengamanan industrial memerlukan keahlian (skillset) yang berbeda. Petugas polisi memiliki wewenang yang cukup luas berlandaskan hukum, namun satpam hanya memiliki wewenang dalam lingkungan perusahaannya saja. Selain masalah pembatasan wewenang, ada juga keterbatasan resource (sumber daya) yang dimiliki. Polisi karena merupakan alat negara jelas tidak bisa dibandingkan dengan satpam yang hanya dimiliki oleh sebuah organisasi. Perbedaan2 ini menuntut pendekatan yang berbeda sehingga keahlian yang dibutuhkan juga berbeda, walaupun ada beberapa area yang saling bersinggungan atau bertumpuk (overlapping).
Untuk menjembatani perbedaan ini diperlukan pembekalan dalam materi industrial security bagi pengajar dari kalangan Polri. Namun bukan berarti pengajar non-Polri otomatis sudah cukup kompeten untuk mengajar. Pengajar non-Polri yang diminta mengajar juga tidak semuanya memiliki bekal yang memadai dalam mengajar materi industrial security. Jadi pembekalan juga harus diberlakukan untuk pengajar dari kalangan non-Polri.
- Eksekusi pelatihan
Saya melihat dalam eksekusi pelatihan antar penyelenggara seperti tidak memiliki standar yang baku, padahal referensinya sama. Hal ini mungkin juga terkait dengan kompetensi pengajar yang mengajar program tersebut yang berbeda2, walaupun pihak penyelenggara juga tentu memiliki kewenangan untuk menentukan agenda kelas.
- Ujian kompetensi
Sebelum 2020, semua peserta kelas Gada Utama selalu mendapatkan KTA (Kartu Tanda Anggota) Satpam, alias program Gada Utama lulus 100%. Namun sejak 2020, Polri sudah mulai mengikuti skema BNSP untuk program Gada Utama dengan mengadakan uji kompetensi untuk bisa mendapatkan KTA. Saya sangat gembira dengan penerapan ini, karena lagi2 sudah menuju ke arah yang tepat. Namun ada satu catatan. Dari cara yang dilakukan sebelum 2020, sebenarnya semakin jelas kenapa tingkat kompetensi insan security di Indonesia tidak membaik, walaupun program Gada Utama sudah diselenggarakan bertahun2. Ada artikel yang ditulis oleh Tom Stafford dari University of Sheffield tahun 2016 mengenai SAT (Standardised Assessment Test). Menurut Stafford, dipandang dari ilmu psikometri, test yang terlalu mudah menimbulkan ceiling effect (efek langit2) yang menyebabkan kita tidak mampu untuk membedakan kemampuan dari orang yang mengambil test karena semua dianggap lulus. Ini tentu tidak bisa dihindari terjadi di penyelenggaraan sebelum tahun 2020, karena memang tidak dilakukan test dan semua peserta dijamin lulus. Efek ini pula yang terjadi pada kelas sertifikasi “internasional” yang memiliki test terlalu mudah (atau testnya cukup sulit, tapi jawaban bisa didapatkan dengan mudah dari rekan sekelas atau penyelenggara). Efek lantai yang terjadi bertahun2 membuat lulusan Gada Utama terlalu percaya diri dengan kemampuannya (yang tidak pernah diuji) yang sebenarnya masih belum sesuai dengan standard. Namun di sisi lain, test yang terlalu sulit juga bisa menyebabkan floor effect (efek lantai) dimana terlalu banyak yang tidak lulus, yang sebenarnya juga menyebabkan perbedaan kemampuan tidak terlihat karena semuanya gagal. Ini tentunya akan menyebabkan peserta kehilangan motivasi. Tantangannya tentu saja adalah mendisain test yang tepat sehingga mampu membedakan mana peserta yang sudah kompeten dan mana yang belum. Sebenarnya test dengan menggunakan komputer (online test) akan sangat membantu dalam pengolahan data untuk menilai tingkat kesulitan test. Namun kelihatannya Polri masih belum mengambil arah ini.
Usulan Perbaikan
Ada beberapa perbaikan yang ingin saya usulkan lewat artikel ini demi perbaikan tingkat kompetensi insan security Indonesia yang pada gilirannya akan membawa perbaikan tingkat kesejahteraan.
- Strategi desain kurikulum
Perlu ada strategi yang lebih jelas dalam desain kurikulum pendidikan security di Indonesia. Kalangan professional di industrial security bisa melihat bahwa materi yang ada dalam program Gada Utama tidak memadai sebagai bekal sebagai manajer security yang professional. Untuk itu Polri perlu menentukan menentukan apakah porsi lanjutan memang akan diserahkan kepada pasar? Apabila memang akan dicakup dalam program Gada Utama, maka masih perlu ada perbaikan lanjutan, yang mungkin akan membuat durasi program menjadi bertambah panjang, dan tingkat kesulitan uji kompetensi menjadi meningkat.
- Penyaringan yang lebih ketat untuk pengajar Gada Utama
Agar bisa mendapatkan pengajar yang berkualitas, perlu diadakan saringan yang ketat untuk pengajar Gada Utama. Idealnya pengajar Gada Utama telah memiliki sertifikasi internasional di bidang security yang diakui di dunia internasional seperti ASIS CPP, PSP, PCI dan lain2.
- Pembekalan materi industrial security kepada calon pengajar Gada Utama
Para calon pengajar Gada Utama seharusnya mendapatkan pembekalan materi industrial security yang lebih dalam, sehingga apapun latar belakangnya, baik dari kalangan Polri maupun non-Polri. Pembekalan ini juga harus sesuai dengan standard yang ditentukan oleh Polri. Dengan ini kualitas pengajarannya bisa lebih memenuhi standard yang diharapkan.
- Ujian kompetensi untuk calon pengajar Gada Utama
Setelah mengikuti pembekalan, sebaiknya dilakukan ujian kompetensi juga untuk para calon pengajar Gada Utama. Hal ini untuk memastikan bahwa para calon pengajar juga telah memahami materi dengan baik sehingga tidak ada kesalahan dalam melakukan pengajaran materi Gada Utama kepada peserta.
- Penilaian penyelenggaraan program Gada Utama
Apabila memang belum ada, perlu diadakan penilaian pula pada kualitas penyelenggaraan program Gada Utama. Hal ini agar dapat lebih memastikan penyelenggara yang memang memiliki komitmen untuk kualitas penyelenggaraan yang baik. Bagi penyelenggara yang masih belum bisa mengikuti standard, bisa mendapatkan bimbingan lebih lanjut bagaimana menyelenggarakan program pendidikan yang lebih baik.
- Pembentukan certification board
Seperti penyelenggara program sertifikasi internasional, bisa dibentuk Certification Board yang umumnya dimiliki oleh program sertifikasi. Certification board terdiri dari para pakar yang memang memiliki kompetensi dalam hal industrial security. Certification board ini bisa dibentuk di LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) milik Polri.
- Menyiapkan online test platform
LSP sebaiknya juga mulai menyelenggarakan uji kompetensi secara online, seperti yang dilakukan oleh banyak penyelenggara uji kompetensi di tingkat internasional. Keuntungan menggunakan online test platform adalah kemudahan dalam mengumpulkan data jawaban peserta untuk dilakukan analisa, merubah tingkat kesulitan, menyederhanakan penyelenggaraan test dan lain2.
- Pembuatan bank soal Gada Utama yang bersifat rahasia
Polri bisa membuat bank soal untuk program Gada Utama dalam jumlah yang besar, dimana setiap soal diberikan bobot yang berbeda (contoh: soal dikategorikan sebagai soal mudah, menengah, dan sulit). Dalam setiap penyelenggaraan test, komposisi test bisa diatur secara seimbang.
Penutup
Perbaikan terhadap program pendidikan Gada Utama perlu terus dilakukan, karena program ini adalah program yang penting dalam upaya meningkatkan kompetensi insan security di Indonesia. Setelah perbaikan dilakukan di Gada Utama, kita bisa mulai dengan perbaikan di program Gada Madya dan Gada Pratama. Harapan saya adalah insan security Indonesia bisa menjadi insan yang professional dan diakui kompetensinya di Indonesia maupun di tingkat internasional. Dengan kompetensi yang baik, maka insan security Indonesia pun bisa memilih berkarir di Indonesia maupun di luar Indonesia, sehingga mendapatkan tingkat kesejahteraan yang jauh lebih baik.
Tentang Penulis:
Andreas Immanuel Mulianto, PMP, PSP, CCTP, CSMP, M.ISMI adalah Managing Director dari PT Heiland Andalan Indonesia, sebuah lembaga pelatihan dan konsultasi security. Andreas adalah seorang profesional yang berpengalaman lebih dari 25 tahun dalam industry IT dan security, dan pernah memegang proyek2 besar di bidang IT dan security di perusahaan migas terbesar di Indonesia. Andreas belajar mengenai security management di Oxford, United Kingdom, dan memegang beberapa sertifikasi professional di bidang project management, Physical Security, Counter-Terrorism, security management dan juga sebagai Master Trainer dari BNSP. Dalam dunia industrial security, Andreas adalah anggota CPSC Board (Certified Physical Security Consultant) di Singapore, pengajar pada program sertifikasi CCTP (Certified Counter Terrorism Practitioner), anggota pada International Security Management Institute (United Kingdom), Ketua Bidang Pendikan ASIS Chapter Indonesia dan pengajar pada program Gada Utama.