BERITASATPAM | Jakarta – Sebanyak 26 juta data pelanggan Indihome diduga bocor di situs breached, yang dikhawatirkan disalahgunakan.
Menanggapi hal ini, Pakar keamanan siber dan forensik digital dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, mengatakan setidaknya terdapat empat risiko yang muncul dari kebocoran data itu.
Risiko pertama adalah data akan digunakan sebagai dasar untuk merancang rekayasa sosial phishing yang menyasar pemilik data.
“Penipu memalsukan diri sebagai customer service bank meminta kredensial transaksi untuk mencuri dana nasabah,” ujar Alfons sebagaimana dikutip Jurnal Security dari Tempo.
Adapun risiko kedua adalah data yang bocor dapat digunakan untuk mempermalukan pemilik data. Alfons mencontohkan sejumlah data itu di antaranya berupa browsing history soal penyakit tertentu yang sifatnya rahasia, kecenderungan seksual yang menyimpang, kunjungan ke situs porno atau hal lain yang sifatnya sangat pribadi dan rahasia.
Risiko ketiga yakni data bocor mengandung informasi penting seperti data kependudukan yang bisa digunakan untuk membuat KTP bodong. KTP palsu itu yang kemudian dijadikan alat untuk melakukan tindak kejahatan.
“Pemilik data yang bocor ini akan menjadi korban dan berurusan dengan pihak berwajib,” tutur Alfons sebagaimana dikutip Jurnal Security dari Tempo.co
Sementara risiko keempat, Alfons mengutip Cambridge Analitica, data yang bocor digunakan untuk profiling korban dan menjadi sasaran iklan atau algoritma.
“Tujuannya untuk mengubah pandangan politiknya dan hal ini terbukti mengakibatkan kekacauan politik seperti yang terjadi di Amerika, Brexit dan Arab Spring,” pungkasnya.[lian]